The Emperor Chapter 2

The Emperor

Naruto © Masasshi kisimoto

High School DxD © Ichie Ishibumi

WARNING : AU, OOC, OC, Typo, Semi-Canon, Universal World,

Pair : [Naruto X... ] masih dirahasiakan. :v
.

Chapter 2 : A Good Man With Cursed Eyes
.
Kedua kubu iblis itu menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. Sepasang mata yang terlihat sangat indah namun terdapat sebuah kekuatan aneh yang memaksa semua orang yang menatapnya tunduk dibawah sebuah tekanan yang tak kasat mata.

"Kaichou, mata itu..."

"Ya. Tsubaki mata itu adalah simbol seorang Kontraktor." Sona tidak perlu menunggu queennya itu menyelesaikan ucapannya karena dia sendiri juga tidak percaya bahwa guru sejarahnya yang selau tersenyum itu menyembunyikan sebuah mata yang bisa di katakan menyamai kekuatan dari seseorang yang memiliki sacred gear sekalipun.

"Jadi dengan adanya Naruto-sensei, tim Rias bisa mengalahkan Kokabiel," sekarang pertanyaan itu datang dari Saji yang berada tepat di samping kanan Sona.

"Entahlah Saji. Bahkan dengan kekuatan sacred gear sekelas longinus milik Issei saja tidak dapat menggores sedikitpun kulit dari Kokabiel. Tapi mungkin dengan adanya Naruto-sensei dapat menambah persentase kemenangan dari tim Rias."

Sona tidak mengerti. Otak cerdasnya kini penuh dengan pikiran dan juga strategi bagai mana caranya mengalahkan datenshi sekelas Kokabiel.
.
-o0o-
.
"...Kau akan merasakan sakitnya kematian. Karena aku mutlak"

Seluruh anggota penelitian ilmu gaib kini hanya mampu terpaku akan deklarasi yang di keluarkan oleh Naruto barusan. Dia memang tau bahwa guru sejarahnya itu memiliki aura berbeda di bandingkan manusia lainnya, tapi mereka pikir itu adalah kesan biasa saat mereka melihat seorang guru killer di sekolah.

Tapi sepertinya kini mereka harus membuang pikiran itu jauh-jauh karena guru yang selalu tersenyum itu kini berubah menjadi seorang kesatria yang siap tempur ke medan perang.

"Hahaha.. tak kusangka akan bertemu dengan seseorang yang memiliki alpha stigma. Kurasa kau dapat sedikit menghiburku bocah," ucapan angkuh seperti yang biasa di ucapkan oleh Kokabiel itu sama sekali tidak mempengaruhi Naruto.

Dia kini masih terus menganalisa batas darikemampuan musuhnya yang diketahui sebagai salah satu dari gubernur datenshi yang kekuatannya mungkin setara dengan seorang raja iblis.

"Maaf tapi aku disini tidak untuk menghiburmu Karasu-san." Profokasi adalah cara yang paling efektif untuk membuat lawan menjadi kalap dan terjerumus dalam kemarahan sehingga menurunkan kewaspadaanya.

"Dasar keparat. Tak akan ku maafkan kau. Cerberus!"

Tercipta sebuah lingkaran besar yang di kelilingi oleh api tepat di depan Naruto. Mungkin ini sudah melenceng jauh dari prediksinya yang mengira bahwa Kokabiel akan langsung menerjangnya. Karena kini yang muncul di depannya adalah seekor anjing raksasa yang memiliki tiga kepala.

"Cerberus?"

"Ano.. Buchou aku tahu ini bukanlah waktu yang tepat. Tapi mahluk apa itu"
Rias tidak percaya ini, bahkan sampai mendatangkan Cerberus ke dunia manusia sudah sangat kelewatan.

"Issei, Cerberus adalah.."

"Menurut mitologi kuno Cerberus merupakan hewan yang menjaga gerbang neraka. Dan sepertinya lawan kita kali ini memiliki peliharaan yang menarik"

Belum sempat Rias menyelesaikan penjelasannya sudah di potong oleh Naruto yang kini berada paling dekat dengan binatang itu. Yah sebenarnya dia jengkel karena seseorang tiba-tiba memotong ucapannya, tapi melihat siapa yang memotong ucapannya adalah gurunya sendiri dia tidak memiliki hak untuk komplain.

"Penjaga gerbang neraka," Asia kini terpaku saat melihat Cerberus. Karena dia yang merupakan mantan gadis suci, harus bertemu dengan binatang yang menjaga sebuah tempat yang paling mereka jauhi yaitu neraka.

"Baiklah kalau begitu, Kurama"

"Ha'i Naruto-sama"

Rubah yang sedari tadi terus melingkar di leher Naruto kini turun ketanah dengan ekspresi marah. Tidak banyak yang tahu bahwa rubah yang selalu berada di leher naruto itu merupakan seekor guardian beast suci yang terikat langsung oleh segel dewa kematian.
Rubah itu tiba-tiba mulai bercahaya dengan sangat terang. Dan saat cahaya itu mulai meredup nampaklah seekor rubah raksasa sebesar cerberus dan memiliki sembilan ekor yang melambai-lambai dengan liar.

"Kyuubi? Bukankah dia seharusnya berada di Kyoto?"

"Tidak, Buchou kurasa itu bukanlah Kyuubi. Karena aura yang dia pancarkan sangat jauh berbeda," ucap seorang gadis loli bersurai putih yang tidak lain adalah Koneko Toujou yang kini masih di sembuhkan oleh Asia akibat serangan Kokabiel.

"Aura yang di pancarkan mahluk itu terasa suci, namun juga sangat gelap," lanjutnya. Sebenarnya dia tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Koneko tentang aura yang suci namun sangat gelap. Tapi satu hal yang pasti dari ucapan Koneko tadi adalah bahwa aura yang di pancarkan mahluk itu sangatlah kuat.
.
-o0o-
.
Naruto tahu bahwa musuh yang kini dihadapinya tidaklah sama seperti musuh yang pernah di hadapinya selama ini. Karena dia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang manusia dan mungkin hanya dapat mengulur waktu sedikit lebih lama agar murid-muridnya dapat beristirahat serta mengumpulkan tenaga untuk melancarkan serangan terkuat mereka, karena Naruto pikir itulah jalan terbaik yang dapat dilakukan.

"Rias, dari apa yang aku amati sejak awal kau adalah pemimpin mereka. Jadi untuk kali ini aku akan ambil alih komando sekaligus menjadi penyusun strategi."

"Ha'i." Rias sebenarnya sangsi dengan kata-kata senseinya itu karena dia tahu bahwa senseinya hanyalah seorang manusia. Tapi saat dia melihat ekspresi wajah yang di tunjukan oleh senseinya itu dia sadar bahwa kini senseinya kini tengah dalam mode serius, terbukti dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari wajahnya itu kini tergantikan dengan ekspresi datar dan dingin yang tidak pernah dia lihat selama 1 tahun senseinya itu bekerja di sekolahnya.

"Untuk sekaran kalian istirahatlah, dan pulihkan tenaga kalian. Biar sensei yang urus gagak itu," ucap Naruto tanpa melepaskan pandangannya dari Kokabiel.

"Tapi, sensei-"

"Tidak ada tapi-tapian, ini perintah."

Rias tahu ini bukalah waktu yang tepat untuk protes karena dia sadar bahwa pearagenya kini sudah kelelahan dan ditambah Koneko yang kini terluka dan sedang di sembuhkan oleh Asia.

"Hoy Issei," teriak Naruto pada sang Sekiryuutei yang kini tengah bengong dengan tampang bloon seperti sedang melihat hantu walaupun sebenarnya yang dilihatnya kini adalah dirinya.

"H-hai?"

Jujur dia takut saat melihat senseinya memasang ekspresi wajah seperti itu. Dia memang sudah terbiasa melihat wajah marah senseinya itu saat dia lupa mengerjakan PR atau bahkan saat kepergok melakukan kegiata mingguan kelompoknya yang tidak lain mengintip klub kendo yang ganti baju. Tapi ini adalah pertama kalinya dia melihat ekspresi itu, datar dan dingin bagaikan melihat boneka kayu yang di gerakan oleh sang dalang, dan itu membuatnya takut.

"Kau gandakan kekuatan sacred gearmu sampai setinggi mungkin, dan saat aku kasih komando tembakan sihir terkuatmu padanya," perintah Naruto dan di akhiri dengan menunjuk Kokabiel yang kini masih berdiri dengan angkuh diatas udara.

"Siap"

[boost]

"Baiklah kurama kau atasi anjing gila itu sedangkan aku akan urus si gagak kelebihan sayap itu," perintah Naruto yang kini telah siap menyerbu Kokabiel.

"Jadi, sudah selesai diskusinya?" Kokabiel lengkap dengan ekspresi sombong yang tak pernah lepas dari wajah aneh bergigi tajam mirip piranha itu.

"Entahlah, tapi yang jelas aku akan mengalahkanmu secepatnya," ucap Naruto sambil mengangkat tangannya keudara seperti akan melafalkan sebuah mantra "aku menawarkan kontrak, untuk menanggung cahaya roh bintang yang tidur di langit!" Dengan seketika kaki dari Naruto seperti di selimuti oleh sebuah cahaya.

Ctak!!

"20%"

Dengan jentikan jari itu Naruto langsung melesat dengan kecepatan yang bahkan knight dari iblis keluarga Gremory pun tidak dapat menyamainya. Dengan kecepatannya itu dia kini telah berada di samping kanan Kokabiel dan tanpa menunggu lama lagi Naruto melepaskan dua tembakan beruntun yang semuanya mengarah langsung kearah kepala Kokabiel.

"Jangan meremehkanku bocah!!"

Dengan sangat mudah bahkan tanpa kesulitan sedikitpun Kokabiel menghindari tembakan yang dilepaskan oleh Naruto dengan mengelak ke arah kanan. Namun sepertinya hal tersebut telah di prediksi oleh Naruto yang kini telah siap menyambut Kokabiel dengan sebuah sapuan yang mengarah ke pinggang dari Kokabiel.

"Cepat." Kokabiel tidak percaya bahwa manusia yang kini menghadapinya satu lawan satu dapat membuatnya sedikit kerepotan.

Sepersekian detik sebelum tendangan naruto mengenai kokabiel. Dia terlebih dahulu mengangkat tangannya guna melindunginya dari sebuah tendangan yang masih belum dia ketahui batas kekuatannya itu.

Duak!!

Kokabiel yang terpental akibat tendangan dari Naruto langsung menyeimbangkan dirinya di udara dengan bantuan ke sepuluh sayapnya. Dan langsung menyiapkan lima buah tombak cahaya yang langsung di lesatkan kearah Naruto yang kini berjarak kurang dari seratus meter darinya.

Duar!! Duar!! Duar!! Duar!! Duar!!

Meski kewalahan tembakan demi tembakan itu masih dapat dihindari Naruto dengan beberapa kali salto kebelakan serta berguling ke kanan dan kiri. Dan di balas Naruto dengan tembakan dari pistol yang berada di tangan kanannya.
.
-o0o-
.
Sona menatap tidak percaya bahwa seorang guru sejarah dapat mengalahkan salah satu petinggi datenshi bersayap sepuluh yang bahkan pernah merasakan pahit-manisnya great war.

"Kaichou, apa Naruto-sensei bisa menang melawan datenshi itu?"

"Entahlah Saji, yang jadi masalah bukanlah kekuatan Naruto-sensei, melainkan senjata yang di pakai oleh Naruto-sensei. Memang senapan itu beberapa kali lebih cepat dari pada sihir tapi jika dilihat dari penggunaan senapan itu tadi dapat aku perkirakan bahwa peluru Naruto-sensei kini kurang dari lima buah," jawab Sona.

"Jadi, Naruto-sensei kalah dalam hal senjata karena kokabiel dapat dengan mudah menepis peluru naruto-sensei yang hanya memiliki kaliber .50 itu," kini giliran Tsubaki yang mengajukan pendapatnya akan pertarungan guru sejarahnya dengan petinggi datenshi itu.
.
-o0o-
.
Mata itu kini berkilat tajam terus berkeliaran hanya untuk mencari kelemahan dari sang lawan yang saat ini tengah membentuk sebuah pedang cahaya. 'aku harus tahu kelemahannya sebelum kehabisan peluru' Naruto membatin. Dengan sekali lompatan ke belakang dia kini telah berada tepat di samping Rias yang tengah mengamati pertarungannya melawan Kokabiel.

"Hey Rias, bisakah kau ambilkan tas olahragaku yang kini berada di ruang guru"

"Tapi untuk apa sensei?" Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya di rencanakan oleh gurunya itu dengan menyuruhnya mengambilkan tasnya di tengah pertarungan seperti ini.

"Nanti kau akan tahu sendiri," ucap Naruto di sertai dengan sebuah senyum misterius yang terasa agak ganjil.

"baiklah.. Akeno!"

"Ha'i Buchou"

Dengan itu Rias dan Akeno pergi melalui lingkaran sihir yang di buat oleh Akeno untuk mengambilkan pesanan dari senseinya.
Sedangkan Naruto dan anggota klub penelitian ilmu gaib yang tersisa dan di tambah dengan Xenovia yang kini telah kembali pulih dari rasa syoknya saat mengetahui bahwa Tuhan telah tiada. Dan kini dia bangkit dengan tekad baru yaitu membunuh seorang datenshi yang kini berada di depan mereka.

"Sekarang Kiba dan kau yang berambut biru kalian akan menjadi ujung tombak sekaligus tim penyerang, dan aku akan mem-backup kalian dari belakang," ucap Naruto yang kini kembali ke mode seriusnya.

"Ha'i/Serahkan padaku"
Dengan itu mereka berdua maju dengan kecepatan tinggi kearah Kokabiel. Kiba yang telah sampai di depan Kokabiel langsung menebasnya dengan Demonic Holly Sword miliknya namun usahanya itu hanya sia-sia, karena kokabiel menahan serangan kiba hanya dengan dua jari. Xenovia yang tidak ingin membuang kesempatan saat kokabiel terfokuskan oleh serangan Kiba dengan menyerang kokabiel dari belakang. Namun serangan Xenovia dapat di mentalkan oleh ke sepuluh sayapnya itu.

Tidak kehabisan akal. Kiba langsung membuat sebuah pedang lagi di tangan kirinya dan langsung menyabetkannya ke Kokabiel, sayangnya serangan itu berakhir ditahan dengan dua jari tangan kanannya. Masih belum menyerah Kiba kembali membuat sebuah pedang di mulutnya dan dengan sekuat tenaga menebaskannya kearah Kokabiel walaupun hanya berupa sebuah goresan pada pipi Kokabiel. Hal itu sudah cukup untuk membuat Kokabiel kalap dan kehilangan fokus.

"Keparat," seperti yang di duga Naruto dia benar-benar marah. Kokabiel langsung mebuat pedang cahaya di kedua tangannya guna menebas Kiba dan Xenovia.

Melihat Kiba dan Xenovia mulai terancam Naruto dengan cepat merangkai beberapa handseal. Untuk sebuah serangan jarak jauh.

"Katon: Gokakyu no jutsu!!"

Sebuah bola api tiba-tiba datang dariarah samping Kokabiel. Sementara itu Kurama telah berhasil mengalahkan ketiga Cerberus dan kini dia kembali ke mode musang kecil karena kehabisan tenaga.

Namun serangan Naruto dapat di tepis dengan mudah menggunakan ke lima pasang sayapnya. Dan langsung di balas dengan sebuah tombak cahaya yang memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari tombak cahaya yang biasanya.

Melihat sebuah tombak cahaya yang melesat dengan cepat kearahnya bukannya takut dia malah tersenyum, karena merasakan orang yang di tunggunya telah datang.

Duuaar!!

Saat debu menghilang terlihat dua orang gadis yang memiliki paras diatas rata-rata tengah membuat kubah pelindung untuk melindunginya dari tombak cahaya yang menuju kearahnya tadi.

"Maaf, sensei kami terlambat," ucap Rias yang kini berdiri di samping Naruto sambil membawa sebuah tas olahraga yang di ketahui sebagai pesanan Naruto.

"Kurasa kalian tepat waktu,"

"Ara ara.. arigatou sensei," ucap Akeno dan dilengkapi dengan tawa khas miliknya.
Naruto langsung mengambil sebuah gulungan dari dalam tas olahraga itu. Gulungan itu adalah gulungan penyimpanan yang sering di gunakan Naruto untuk menyimpan senjatanya, karena dia sadar bahwa tidak ada sekolah yang memperbolehkan guru maupun murid membawa senjata tajam ke sekolah.

"Baiklah saatnya beraksi," ucap Naruto sambil membuka gulungan berwarna merah itu. Dia menggigit jarinya sampai mengeluarkan darah lalu mengoleskannya ke gulungan tadi dan secara tiba-tiba muncul sebuah katana berwarna putih disertai dengan sedikit asap.

Setelah mendapatkan senjatanya tanpa pikir panjang dia langsung melesat kearah Kokabiel. Yang kini masih di sibukan oleh serangan gabungan Kiba dan Xenovia. Dengan kecepatan yang bahkan melebihi Kiba dan Xenovia, Naruto langsung saja menebaskan katana putihnya secara horizontal yang mengarah tepat ke leher dari Kokabiel.

Dengan senyum meremehkan Kokabiel langsung menghindari tebasan itu dengan sedikit menunduk dan langsung menghadiahi Naruto dengan sebuah lutut yang dengan telak mengenai perutnya. Kokabiel langsung menciptakan sebuah senjata dari cahayanya. Namun kali ini bukanlah berbentuk tombak melainkan sebuah pedang yang sangat tajam.

Jrass!

Telak. Naruto tertusuk tepat di dadanya. Kokabiel melebarkan seringainya saat melihat ekspresi syok dari Naruto serta kelompok Rias. Namun yang paling membuatnya gembira adalah darah yang perlahan-lahan mulai mengenang di bawah kaki lawannya itu. Dia mengangkat Naruto dengan pedang yang masih menancap di dada sang lawan. Tidak ingin membuang kesempatan emas ini Kokabiel langsung membanting Naruto dengan sangat keras.

Sedangkan Naruto masih tidak dapat melakukan apa-apa. Mungkin ini karena kecerobohannya, sebuah kebiasaan yangdulu coba dia kubur dalam-dalam itu telah membuat berbagai masalah termasuk terbunuhnya seseorang yang sangat berharga di hidupnya.

"Ha ha ha... jadi mana kata kata sombongmu tadi yang mengatakan bahwa kau itu mutlak."

Kokabiel kembali menusukan pedang cahaya yang berada di tangan kanannya tepat kearah dada Naruto yang saat ini hanya mampu tertunduk lesu akibat banyaknya luka yang di sarangkan Kokabiel pada tubuhnya.

"Apa kau ada kata-kata terakhir yang ingin kau katakan sebelum kau mati tepat di depan murid-muridmu?" Namun Naruto hanya diam membisu pikirannya kini menerawang ke depan membayangkan apa yang akan terjadi pada murid-muridnya setelah dia di bunuh di sini.

"Kurasa itu tidak perlu karena mereka juga akan menyusulmu setelah ini," ucap Kokabiel. Yang kini telah siap menebaskan pedang cahaya di tangan kirinya kearah kepala Naruto.

"Bersiaplah untuk..."

<<Mindscape>>

"Kau tahu. kau terlihat sangat buruk," ucap sebuah suara yang terdengar tepat di belakang Naruto yang kini tengah duduk berkubang pada darahnya sendiri. Namun Naruto sama sekali tidak membantah penyataan itu karena itu memang benar adanya.

"Jika aku jadi kau, aku tidak akan menyerah segampang itu" Suara itu berasal dari seorang pemuda yang sangat identik dengan sang tokoh utama kita kecuali rambut hitam serta mata merahnya yang tidak kalah terang dari suasana di sekitarnya.

"Raihlah Ambisimu, dan juga tak peduli apapun yang terjadi lindungilah kehormatanmu sebagai guru mereka. Serta lindungilah apa yang yang menurutmu berharga,"

"Menma" Naruto tahu bahwa pria itu selalu bersamanya dan selama jantungnya masih berdetak, paru-parunya masih dapat memompa oksigen. Pria itu akan tetap hidup dalam dirinya.

"Kau butuh bantuan" Tawar seorang pria yang Naruto ketahui sebagai Menma itu.

"...Yah, menurutmu?" Jawab Naruto dengan mengangkat bahu, lalu mencoba berdiri dengan bantuan sebuah katana putih di tangannya sebagai tumpuan.

"Jangan sampai lupa...," ucap Menma yang kini sedang berdiri tegak membelakangi Naruto

"Aku adalah.../Kau adalah... "

"Bukti bahwa kau../Bukti bahwa aku..."

"ADA!!"

Dua suara, dua jiwa, dua kepribadian, serta satu jantung kini bersatu menjadi sesuatu yang bahkan mungkin di anggap orang sebagai suatu hal yang mustahil. Mereka bagaikan dua sisi mata koin yang bahkan tidak pernah searah namun saling melengkapi satu sama lain.
Dengan pernyataan tadi suasana di sekitar mereka terasa sangat terang hingga menyilaukan siapa saja yang melihat.
.
-o0o-
.
"...Mati!" Teriak Kokabiel yang tengah menebas Naruto dengan pedang cahaya di tangan kirinya. Dan berharap dengan itu dia dapat menghabisi adik dari Maou Lucifer dan Leviathan tanpa halangan dari kecoa-kecoa seperti Naruto.

Pyaarr!!

Pedang cahaya Kokabiel yang hanya tinggal sepuluh sentimeter lagi untuk memisahkan kepala dari badan Naruto kini hancur berkeping-keping bahkan sedikitpun belum menyentuh kulit Naruto.

"Burō keshin!!"

"Aaarrrgg.." Teriak pilu Kokabiel saat sebuah pedang yang bahkan tidak memiliki wujud untuk dapat di lihat telah memotong lengan kirinya sebatas bahu.

Mata itu kembali terbuka dan menunjukan dua buah manik yang kini berbeda warna. Mata kanan yang tadinya berwarna biru dengan sebuah cincin cahaya yang mengitari pupilnya kini telah berubah menjadi manik merah darah dengan cincin serupa dengan mata kirinya.

"K-keparat. Akan kumusnahkan kau dan tidak akan kusisakan setitik debupun di muka bumi ini!"

Murka, sekarang Kokabiel benar-benar murka. Untuk pertama kalinya dia di kalahkan oleh ras yang di ketahui sebagai ras yang paling lemah. Manusia.

[Explosions!!]

"Sensei!!" teriak Issei dari kejauhan guna memberitahu gurunya itu bahwa kini penggandaan kekuatannya telah mencapai batas maksimal.

"Sekarang, lepaskan sihir terkuatmu!!" teriak Naruto.

Naruto melihat Issei yang tengah mempersiapkan serangan terkuatnya. Mata berbeda warna itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari sang obyek yang telah siap menembakan bola sihir yang memiliki warna merah.

"Dragon Shot!!"

Kokabiel yang melihat sebuah bola energi berwarna merah yang sedang mengarah kepadanya langsung menggunakan kesepuluh sayapnya sebagai pelindung.

Duuuaaarrr!

"Kau pikir usahamu itu cukup untuk membunuhku Sekiryuutei" Merasa ledakan dari dragon shot milik Issei yang mulai mereda, Kokabiel dengan kasar mengepakan kesepuluh sayapnya untuk menghilangkan debu yang menghalangi penglihatannya akibat tembakan tadi.

"Masih belum..." pandangan Kokabiel terus beredar kesegala arah untuk menemukan pelaku yang telah memotong lengan kirinya sekaligus menodai kehormatannya sebagai salah satu gubernur Datenshi. Namun dia di kejutkan bahwa seseorang yang di carinya kini tengah melayang di udara dengan sebuah bola energi berwarna biru yang siap dilepaskan kapan saja.

"Kōtei shotto"

"Sial-"

Duaarr!!
.
-o0o-
.
Sona merasa tidak percaya bahwa apa yang ada di depan matanya kini adalah sebuah kenyataan. Dia mungkin lebih percaya bila kakaknya yang sedikit nyentrik itu bersifat dewasa dari pada melihat guru sejarahnya dapat mengalahkan salah satu petinggi datenshi yang memiliki sepuluh sayap.

Demi celana dalam Serafall-oneesama dia telah kehabisan kata-kata untuk mengekspresikan perasaanya melihat kejadian ini.

"Saji pukul aku, karena aku pasti bermimpi," ucapan ngaco itu hanya ditanggapi dengan sebuah senyum garing dari sang pion, karena dia juga tidak mempercayai penglihatannya sendiri.

Tidak jauh beda dengan kelompok Sona. Rias juga mengalami hal yang sama yaitu tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Sedangkan Issei hanya dapat melongo saat melihat jurus andalannya di copy dengan begitu mudah oleh sang guru.

"Dia dapat meniru dragon shot milik Issei-kun.." bahkan seorang Kiba saja di buat takjub akan kehebatan dari guru sejarah itu. Sejak dulu dia memang merasa aneh saat dia bertanding kendo dengan naruto, dia merasa bahwa gerakannya dengan mudah ditiru dengan mudah dan tidak pernah serius meskipun kiba selalu kalah. Mungkin ini adalah alasan mengapa dia tidak pernah menang melawan seorang guru sejarah.
.
-o0o-
.
Asap yang tebal yang menglilingi tempat di mana Kokabiel berada sudah mulai menipis dan menampakan Kokabiel yang sudah babak belur namun masih berdiri dengan kokoh dari tempatnya berpijak. Baju hitamnya kini telah musnah dan hanya menyisakan sepotong celana panjang yang hanya tersisa ¾ dari aslinya. Ditambah tiga sayap yang terlihat seperti patah dan mungkin memang patah.

"Hah.. kau.. hah memang yang terbaik bocah tapi sepertinya aku tidak akan mati sendiri," ucap Kokabiel yang masih saja bersikap angkuh meski tubuhnya sudah babak belur dan sangat sulit di gerakan.

"Aku rasa aku tidak setuju dengan pernyataanmu yang terakhir itu. Karna aku masih harus membunuhmu," ucap Naruto dengan percaya diri, namun tubuhnya mengatakan sebaliknya karena dapat di lihat bahwa luka yang di sarangkan Kokabiel tadi masih belum berhenti mengeluarkan darah.

"Akan aku kalahkan kau dengan serangan terakhirku in,i" ucap Kokabiel yang untuk kesekian kalinya membuat sebuah pedang cahaya. Dan memposisikan dirinya untuk menerjang Naruto yang berada seratus meter di depannya.

"Kurasa akupun sama" tak mau kalah dengan Kokabiel. Naruto sekarang memposisikan katana putihnya seperti seorang samurai yang bersiap mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"MATI KAU BOCAH TENGIK!"

"KAU YANG MATI KAKEK BAU TANAH!"

Sambil meneriakan ejekan satu sama lain mereka berdua melesat maju dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.

Tidak ada suara, angin bagaikan takut saat melihat suasana yang kini dirasakan oleh semua orang yang berada di dalam kekkai. Kedua kubu iblis yang menjadi saksi dari pertarungan hidup mati antara seseorang yang mereka ketahui sebagai guru mata pelajaran sejarah melawan seorang datenshi berpangkat gubernur.

Naruto maupun Kokabiel tak ada yang berpindah dari posisinya masing-masing dan Saling membelakangi satu sama lain.

Brukk!

Naruto jatuh berlutut dengan katana putih yang kini tinggal setengah sebagai tumpuannya. Luka melintang di dadanya menjadi bukti bahwa lawannya kini bukanlah lawan yang dapat dianggap enteng.

"Heh sepertinya aku yang-Arrrgghh," penyataan sombong Kokabiel dengan seketika menjadi sebuah jeritan pilu saat menyadari bahwa tangan kanan serta semua sayapnya telah terpangkas habis.

"Sepertinya sudah sele...sai," ucap Naruto lemah dan di ikuti tubuh yang seperti tertarik oleh grafitasi bumi yang membuatnya kehilangan tumpuannya dan jatuh ke tanah.

"Sensei."

Teriakan panik seluruh anggota klub penelitian ilmu gaib saat melihat guru mereka tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya.

Pyaarr!

Kekkai yang mengelilingi area kuoh akademi tiba-tiba hancur oleh seseorang yang mengenakan armor putih serta sepasang sayap mekanik berwarna biru. Yang secara paksa menembus kekkai sehingga membuat semua anggota osis selaku pembuat kekkai terpental.

"Jadi tugasku sudah di selesaikan."
.
Twich!!

Sebuah perempatan muncul di kepala berarmor naga itu saat melihat bahwa penyataanya tadi diabaikan karena mereka terlalu sibuk meneriaki seseorang yang di ketahui sebagai pelaku dari semua kekacauan ini.

"Aku akan membawa Kokabiel dan juga pendeta gila itu," ucap pria berarmor naga itu kembali setelah lupa akan rasa kesalnya.

Twich!! Twich!!

Namun sepertinya dia masih harus bersabar untuk tidak melenyapkan mereka semua, karena untuk kedua kalinya dia di abaikan.

"Kau mengabaikanku ya, Shiroi," semua orang disana di kejutkan oleh suara yang berasal dari sacred gear issei yang kini bersinar dengan cukup terang. "Sacred gearnya bicara." Pernyataan terkejut itu diutarakan oleh Rias karena ini pertama kalinya salah satu dari dua Heavenly Dragons itu bicara.

"Kalianlah yang sendari tadi mengabaikan kami," teriakan marah itu di ucapkan oleh seorang yang berada di dalam armor naga itu.

"Tenanglah Vali. Kita disini tidak untuk mencari perkara," suara itu keluar dari sayap mekanik yang sekarang mengeluarkan cahayanya.

"Maaf tapi kami masih harus mengurus hal yang lebih penting daripada reuni kita, sampai jumpa Draigg," lanjunya.

"Kau juga, Albion,"

"Hyoudou Issei, bertambahlah kuat karena suatu saat nanti kita akan bertempur hidup dan mati," ucap dari seseorang yang mereka ketahui sebagi Vali sang Hakuryuuko, yang kini telah melesat keudara sambil membawa Kokabiel yang sekarat dan juga Freed.

"Hey, tunggu...," teriakan yang dikeluarkan oleh Issei itu hanya di anggap angin lalu oleh sang kaisar naga putih itu. Mungkin karena rasa kesalnya karena di abaikan masih tersisa.

"Tunggu... tunggu dulu, sepertinya ada yang kelupaan," lanjut Issei saat menyadari bahwa ada yang lebih penting dari pada teriak-teriak gak jelas pada sang rival. Sedangkan yang lain jadi teringat bahwa mereka telah melupakan sesuatu yang sangat penting dan itu...

"NARUTO-SENSEI!!"

Yah begitulah nasib dari sang tokoh utama kita. Dan sepertinya kasur rumah sakit telah menanti Naruto dengan segala kebaikan dan juga warna putih.
.
.
To be Continue...
.
.
Seperti yang aku bilang di post sebelumnya, ini hanyalah reupload dari fic miliku di fanfiction.net. jadi kurasa kalian jangan terlalu berharap banyak untuk update fic original itu karena saat ini fic ini dalam kondisi vakum, dan baru akan mendapat update setelah fic ku yang satunya tamat. tapi blog ini akan tetap update reupload fic-fic milikusecara berkala hingga update terbaru.

jadi jika kalian mendapat sulit login fanfiction akibat internet positif, jadi silahkan pantengi saja blog ini secara berkala untuk mengetahui update fic miliku.


Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "The Emperor Chapter 2"