5 Cara Menulis Paragraf
Pertama Anti Mainstream
Bagaimana
cara novelis kelas dunia menulis paragraf pertama ?
Pertanyaannya,
bagaimana cara membuat paragraf pertama yang menarik ?
Menulis
paragraf pertama pada draft awal mungkin bukan perkara sulit. Kau hanya perlu
menulis apa yang terlintas di pikiranmu saja.
Untuk
memulai menulis cerita, kau cukup menggoreskan hitam diatas putih.
Namun saat
merevisi draft awal, kau wajib mencemaskan paragraf pertama. Jika paragraf
pertama Anda gagal menunaikan tugasnya, alamat sia-sialah seluruh kerja keras kau.
Kau tidak
mau itu terjadi, bukan ? Jadi pada posting ini kita akan belajar menulis
paragraf pertama……dan kita akan mempelajarinya dari cerpen-cerpen klasik dunia.
Tapi mengapa
dari cerpen-cerpen klasik dunia?
Karena
cerpen-cerpen klasik terbukti bertahan melewati waktu, antara lain karena daya
tarik paragraf pertamanya…..Selain soal selera. Juga.
Sedikitnya
ada 5 cara menulis paragraf pertama yang bisa ditiru dari cerpen-cerpen klasik.
Berikut
kelima cara tersebut :
1. Memunculkan Masalah Yang Harus Diselesaikan Oleh
Karakter
Pembukaan
ini favorit para penulis. Pembaca (dan manusia umumnya) tertarik pada masalah –
khususnya yang terjadi pada orang lain.
Mari kita
lihat contohnya pada cerpen The Gift Of The Magi (1906) karya
O. Henry.
Satu dolar
dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah itu
terdiri dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama ini—yang
didapatnya dengan cara mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga toko
kelontong agar sudi menjual dagangan mereka kepadanya dengan harga termurah.
Proses tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, hingga pipinya memerah,
sebagaimana semua orang pasti merasakan hal yang sama jika mereka ada di
posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar dan delapan
puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok adalah Hari Natal.
Contoh
pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok persoalan yang harus diselesaikan
oleh karakter (Della) :
Satu dolar
dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu…
…… besok
adalah Hari Natal.
Emosi
pembaca terhubung dengan cerita karena mengangkat masalah yang familar. Di
Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya –minimal- sekali setahun (cukup
mengganti Natal dengan Lebaran).
Untuk
menonjolkan masalah, O. Henry
mendramatisir latar belakang karakter yang hidup pas-pas-an.
Lewat
detail; Uang receh. Mendesak pedagang untuk memberikan harga
termurah. …membuatnya malu hingga pipinya merah…. O. Henry
menunjukkan beban hidup keseharian karakternya. Informasi ini dengan sendirinya
meningkatkan intensitas masalah.
2. Memulai Dengan Aksi
Jenis
pembukaan ini lansung melompat ke tengah cerita. Tanpa latar belakang.
Sebuah
insiden memotong semua latar belakang yang bertele-tele (biasanya hadir dalam
draft awal)…tepat saat aksi karakter mengambil alih cerita.
Contohnya
cerpen The Man Who Shouted Teresa karya penulis Italia, Italo
Calvino.
Aku menjauh
dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu dari
tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar
mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”
Teknik
membuka cerpen dengan aksi mengacu ketat pada prinsip show don’t tell (tunjukkan, jangan katakan).
Lihat
bagaimana Italo Calvino menunjukkan aksi tokoh ‘Aku’ lewat rincian; Menjauh,
berjalan mundur, wajah tengadah, mengatupkan tangan…
Menunjukkan membuat adegan lebih hidup.
ketimbang hanya mengatakan ‘aku berdiri di trotoar dan berteriak
memanggil Teresa’.
3. Memberikan Garis Besar Cerita
Pembaca bisa
mengidentifikasi garis besar cerita hanya dengan membaca paragraf pertama.
Namun
hati-hati menggunakan jenis pembukaaan ini. Menampilkan seluruh garis besar
cerita sama saja menyuruh pembaca Anda pergi. Karena itu, jenis pembukaan ini
sengaja menahan informasi penting mengenai motif karakter (alasan mengapa kisah
terjadi).
Contohnya
cerpen Pesta Makan Malam (1973)
karya Roald Dahl, seorang penulis dan penyair asal Inggris.
Begitu
George Cleaver resmi menjadi seorang jutawan, dia dan istrinya, Mrs. Cleaver,
pindah dari rumah kecil mereka di pinggiran kota ke sebuah rumah mewah di
tengah kota London. Pasangan itu kemudian menyewa jasa seorang koki asal
Prancis, Monsieur Estragon, dan seorang pelayan berkebangsaan Inggris, Tibbs—dengan
tuntutan gaji yang sangat besar. Dibantu oleh kedua orang tersebut, pasangan
Mr. dan Mrs. Cleaver pun berniat menaikkan status sosial mereka dan mulai
mengadakan pesta makan malam yang luar biasa mewah sebanyak beberapa kali
seminggu.
Pembaca bisa
mengetahui, kalau cerpen ini berkisah tentang rencana pasangan Cleaver untuk
meningkatkan status sosial mereka.
Dikatakan
garis besar, juga, karena telah memperkenalkan karakter, yang terdiri
dari Mr & Mrs. Cleaver, koki Estragon, dan pelayan Tibbs. Mengandung benih konflik
antara pasangan Cleaver Vs. Koki & pelayan yang menuntut gaji besar…serta latar di
rumah mewah kediaman pasangan Cleaver.
Yang tersisa
hanya alasan; kenapa ?
Kenapa untuk
meningkatkan status sosial, pasangan Cleaver mesti menggelar pesta-pesta makan
malam yang mewah …sampai rela menggaji mahal seorang koki asal Perancis ?
Roald Dahl
sengaja menahan informasi tersebut sebagai trik menarik orang membaca.
4. Mengisyaratkan Bahaya (Ketegangan)
Pembukaan
ini memberi pertanda kepada pembaca tentang bahaya yang menghampiri karakter –
Manusia menyukai ketegangan, sebenarnya.
Contohnya
bisa dilihat pada cerpen The
Interlopers (1919) karya
Saki (nama pena dari Hector Hugh Munro), seorang penulis asal Inggris
Di tengah
rimbunnya pepohonan dalam sebuah hutan lebat di belah timur tebing Pegunungan
Carpathian, seorang pria berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat itu musim
dingin, dan ia tampak seolah sedang menunggu monster hutan datang
menghampirinya, dalam jangkauan pandangannya, agar kemudian dapat ia bidik
dengan senapan berburunya.
Saki
mengirim pertanda bahaya melalui :
– Karakterisasi
; ….berdiri tegap mengawasi sekelilingnya…dan ..tampak seolah
menunggu monster hutan.
– Latar
; …Pegunungan, tebing, hutan lebat, musim dingin, dan…
– Peralatan
untuk membunuh berupa…. senapan berburu.
5. Menampilkan Lokasi Cerita
Membuka
dengan tempat kejadian hanya jika tempat tersebut berperan besar dalam cerita.
Contohnya
seperti cerpen A Clean, Well-Lighted Place (1926) karya karya Ernest
Hemingway.
Saat itu
larut malam dan semua orang beranjak meninggalkan café tersebut kecuali seorang
pria tua yang duduk dalam bayang-bayang dedaunan pohon yang berdiri kokoh di samping
sebuah lampu listrik. Di siang hari, jalanan di depan café sarat akan debu
kotor, namun di malam hari embun yang terbentuk di udara serta-merta
menyingkirkan serpihan debu dari permukaan jalan. Itulah sebabnya si pria tua
senang duduk di café saat semua orang justru ingin pulang ke rumah, karena ia
tuli dan di malam hari suasana di jalan tersebut berubah sunyi, seolah
membawanya ke alam lain.
Pembukaan
ini memberi petunjuk kepada pembaca adanya hubungan spesial antara lokasi
kejadian dengan karakter ….dan tema cerita secara keseluruhan – Hemingway sudah
mengisyaratkan itu melalui judul. Juga.
Dengan kata
lain, sebuah lokasi sekaligus merepresentasikan karakter & tema itu
sendiri.
Lihat contoh
diatas. Hemingway meminjam tempat sebagai media karakterisasi… Visualisasi
lokasi cerita mewakili sifat penyendiri karakter si pria tua. Itulah tipe
pria-pria berjiwa rentan, kesepian, dan biasanya mengidap insomnia – itu
sebabnya memilih kafe (yang bercahaya terang). Bukan bar.
Paragraf Pertama Memancing Pertanyaan Pembaca
Paragraf
pertama sebuah cerpen/novel/fiction menarik karena memicu rasa ingin tahu
pembaca.
Pertanyaan
menyuap orang agar meneruskan bacaan.
Meski kelima
paragraf pertama cerpen diatas berbeda, namun semuanya memancing pertanyaan
dibenak pembaca :
– Membuka
dengan masalah yang harus diselesaikan oleh karakter
Pembaca
ingin tahu bagaimana karakter menyelesaikan masalah ? Perubahan apa yang
terjadi pada diri karakter setelah melewati masalah ? (resolusi).
– Membuka
dengan aksi (insiden)
Apa maksud
karakter melakukan aksi (insiden) ?
– Membuka
dengan garis besar cerita… TAPI menahan informasi penting mengenai motif; kenapa karakter melakukan
sesuatu?
– Membuka
dengan pertanda bahaya (ketegangan)
Apakah
karakter berhasil melewati bahaya ? Apa yang akan terjadi dengannya ?
– Membuka
dengan menampilkan lokasi cerita
Mengapa
tempat tersebut istimewa ? Apa hubungan lokasi cerita dengan karakter…dan tema
cerita secara keseluruhan?
…Satu hal lagi. Selalu menampilkan karakter dalam
paragraf pertama.
Ada alasan
mengapa kelima pembukaan cerpen diatas lansung memperkenalkan karakternya.
Penulisnya tahu msifat dasar manusia.
Setelah semua, manusia paling tertarik dengan sesamanya. Itu sebabnya kehadiran
karakter, atau nama orang, lansung menarik perhatian pembaca.
Seperti cerpen saya yang berjudul After Rain ( sedikit promosi ) :
Putih. Sejauh
mata memandang hanya itulah yang terlihat oleh mataku. Berdiri sendiri ditempat
yang benar-benar kosong hanya ada aku sendiri. Walaupun demikian kucoba
melangkah mencari sesuatu yang mungkin ada dalam kehampaan ini.Saat
itulah aku melihat seseorang yang duduk di sebuah bangku panjang. Kemudian
kucoba menghampirinya, Namun saat aku sampai tepat di belakangnya Dia berdiri
dan menghadapku. Mata Violet yang berkilau indah dengan sebuah senyum tulus
yang terpampang di wajahnya.
"Selamat
tinggal," itulah yang Ia ucapkan sebelum mengurai menjadi semacam asap.
"Tunggu dulu..," hanya itulah yang dapataku ucapkan sebelum sebuah
cahaya yang sangat terang membuatku harus menutup mata.
Jadi menulis
sebuah paragraf pertama dapat menjadi faktor krusial, apakah ceritamu membuat
dia ingin membaca kelanjutannya/bahkan malah mengabaikan cerita yang kau tulis
karena pembukaannya sudah terlalu mainstream.
Kurasa cukup ane ngoceh gak jelasnya. See you next time & keep writing..
Oleh : DiwarX
0 Komentar untuk "Cara Menulis Paragraf Pertama Anti Mainstream"